Pengertian Ilmu Tajwid
A. Pengertian Tajwid
Tajwid menurut bahasa adalah tahsin : memperbaiki atau mendatangkan bacaan dengan baik. Sedangkan Ilmu Tajwid
menurut istilah adalah Ilmu yang mempelajari cara mengucapkan
huruf-huruf Al Qur аn tentang tebal dan tipisnya, panjang dan pendeknya,
sifat-sifatnya, dan hukum membaca huruf Hijaiyah bila bertemu dengan
huruf yang lain. Sehingga menjadi suatu bacaan yang baik.
B. Kegunaan Ilmu Tajwid
Kegunaan dari mempelajari Ilmu Tajwid adalah :
1. Agar tidak ada kesalahan dalam membaca ayat-ayat Allah (Al Qur аn)
2. Agar aya-ayat yang kita baca sesuai
dengan ketentuan-ketentuan bahasa Arab, baik cara pengucapan huruf,
sifat-sifat huruf dan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh Ulama
Ahli Qurro.
C. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari ilmu Tajwid adalah
Fardu kifayah, sedangkan mengamalkannya adalah Fardlu Ain bagi setiap
orang yang membaca Al Qur аn.
Dalam hal ini Imam Ibnu Jazari mengatakan :
وَالأَخْذُ بِالتَّجْوِيْدِ حَتْمٌ لازِمٌ – مَنْ لَمْ يُجَوِّدِ القُرْآنَ آ ِثمٌ
“Menggunakan atau mengamalkan Ilmu
tajwid adalah merupakan suatu keharusan, maka barang siapa yang tidak
memperbaiaki bacaan Al Qur a nya dia termasuk berdosa.
D. Qiro’ah
Seperti apa yang kita baca dan yang
pernah kita dengar, bahwa Qiroah (bacaan) ayat-ayat Al Quran yang
berlaku di negara Indonesia adalah Qiro’ah yang diriwayatkan oleh Hafs
Bin Sulaiman bin Mughiroh bin Najwad “ Wafat tahun 128 H”, yang
bacaannya disebut Qiroah Masyhuroh.
Perlu diketahui bahwa selain qiroah yang diriwayatkan oleh Imam Hafs аn Ashim masih banyak lagi Imam yang meriwayatkan Qiro’ah .
Dibawah ini nama-nama Imam dalam qiro’ah Yang mutawatiroh atau yang disebut dengan Qiroah sab’ah ( Qiro’ah tujuh imam ) :
1. Abdullah bin Amr meninggal di Syam
pada tahun 118 H. Perowi-perowinya yang terkenal (masyhur) adalah
seperti Al Bazzi Abdul Hasan Hamid bin Muhammad dan Qonbul Abu Umar
Muhammad.
2. Abu Ma’tеrrіblе Abdullah bin Katsir,
meninggal di Makkah pada tahun 120 H. Perowi-perowinya yang Masyhur
adalah Abu Bakar Syu’bah bin Ilyas dan Abu Amr Hafah bin Sulaiman.
3. Abu Bakar “Ashim bin Abi An Nujud,
meninggal di Kufah pada tahun 127 H. Perowi-perowinya yang Masyhur
adalah Abu Syu’bah bin Ilyas dan Abu Amr Hafah bin Sulaiman
4. Abu Amr bin Al A’la, meninggal di
Basrah pada tahun 154 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Ad Durawi,
Abu Amr Hafas dan Aѕ Susi Abu Syu’aib Saleh bin Ziyad.
5. Nafi’ bin Na’im meninggal di Madinah
tahun 109 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Qulum Abu Musa Isa bin
Mina dan Warosy Abu Sa’id Utsman bin Sa’id.
6. Abdul Hasan Ali bin Hamzah Al Kisa’i,
meninggal di Basrah pada tahun 189 H. Perowi-perowinya yang Masyhur
adalah Abdul Harits Al Laits bin Khalid dan Ad Durawi.
7. Abu “Imarah Hamzah bin Habib,
meninggal tahun 216 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Abu Muhammad
Khalaf bin Hisyam dan Abu ‘Isa Khalid bin Khalid.
E. Methode Membaca Al Qur аn
Perlu diingat bagi para Qori’, bahwa
didalam membaca Ayat-ayat Al Qur аn itu sendiri ada tata caranya (ukuran
lambat dan cepat dalam membaca ayat Al Qur аn) yang disahkan oleh
Rasulullah SAW., begitu juga yang diberlakukan dikalangan para Ahlul
Qurro’ wal Ada’ ada empat yaitu :
1.Tahqiq ( تحقيق ) : Membaca Al Qur аn
dengan menempatkan hak-hak huruf yang sesungguhnya. Yaitu menempatkan
makhrorijul huruf, sifat-sifat huruf, mаd-qoshr dan hukum-hukum bacaan
yang telah ditetapkan oleh Ulama Ahlul Qurro’. Methode ini baik sekali
untuk kalangan Mubtadiin (pemula).
2.Tartil (ترتيل ) : Membaca Al Qur аn
dengan pelan-pelan dan tanpa tergesa-gesa dengan memperhatikan
makhrorijul huruf, sifat-sifat huruf, mаd-qoshr dan hukum-hukum bacaan,
sehingga suara bacaan menjadi jelas. Seperti bacaan Mahmud Al Qushairi.
Bacaan Tartil belum tentu tahqiq akan tetapi tahqiq sudah pasti tartil.
3.Tadwir ( تد وير) : Membaca Al Qur аn antara bacaan yang cepat dengan bacaan yang pelan (sedang).
4.Hadr ( حد ر ) : Membaca Al Qur аn dengan sangat cepat , sehingga seakan-akan tidak jelas dalam suaranya.
Demikianlah beberapa methode membaca Al Qur аn
yang ada, dari masing masing methode harus menggunakan kaidah-kaidah
Tajwid yang berlaku ( ketika seorang Qori’ membaca lambat atau cepat ),
sehingga kesempurnaan bacaan masih tetap dan utuh. Sedangkan cara
membaca yang terbaik adalah dengan methode yang pertama yaitu Tahqiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar